Rabu, 11 November 2015

SALIB KRISTUS

 SALIB




Di dalam peringatan kekristenan bahwa salib adalah suatu bukti dari Allah yang mempunyai arti yang begitu mendalam. Pusat dari salib itu adalah Yesus Kristus di dalam menyatakan kepribadian serta kekuatan dari Allah bapa yang diterangkan dalam hal ini. Dia yang telah mengalami kematian itu hingga mati di kayu salib (Yoh, 19 : 30) bahwa kematianNya adalah puncak dari klimaknya sebagai mana dalam pengakuan Iman Rosuli dipakai tiga perkataan untuk menekankan bahwa kristus itu benar-benar mati di kayu salib di bukit golgata; Ia disalibkan, mati dan dikuburkan.
Kristus sudah mengorbankan dirinya akibat ulah dosa manusia, dalam hal inilah Yesus Kristus datang sebagai seorang utusan Allah bapa menjadi juru selamat dunia ini (1Yoh 4 : 4). Jurang pemisah yang ada akibat dosa oleh kematianNya di kayu salib telah diselesaikan, salib menjadi jembatan suatu perdamaian. Persekutuan yang rusak akibat dosa oleh salib telah memulihkan kembali hubungan itu utuh.
Salib kristus itu adalah merupakan suatu tanda hidup kekristenan dimana manusia telah diperdamaikan dengan Allah, dibenarkan dengan Allah dan oleh manusia mendapat penebusan dari Allah (Budi Mark, 10 ; 45).
Untuk lebih kita memahaminya penulis mencoba untuk menguraikan sebagaimana telah disebut dalam kerangka sebelum halaman ini.

2.    PENGERTIAN SALIB
Istilah yang dipakai untuk kata salib ini diambil dari bahasa Yunani yaitu (σtάupos) baca : Stauros, yang berasal dari kata kerja (σtάupow) (menyalibkan).
Salib adalah suatu balok yang melintangi balok yang lain atau dua balok (kayu) yang dibuat bersilang, yang pada zaman purba kala dipergunakan orang sebagai alat untuk menyiksa orang yang dijatuhi hukuman mati yang disebabkan perbuatannya yang jahat terlebih orang yang tidak mau taat kepada peraturan dalam sebuah perintah.
    Dalam karya kehidupan yang disalib itu selalu dihubungkan dengan kehidupan, pekerjaan dan kematianNya, artinta semua garis kehidupan Tuhan Yesus menuju kepada jalan salib dan salib itu adalah merupakan manipestasi dan bukti nyata yang menandakan adalanya kehidupan sesudah ia bangkit, yang walaupun dipandang sebagai kutuk, murka Allah, hukuman sekaligus merupakan rencana serta suatu rahasia dari Allah untuk menyatakan keadilan, kesetiaan dan kekuasaan Allah.
Pengertian salib dalam kematiannNya sebagai kutuk yang dipandang paling rendah dari seluruh Penghinaan atas Tuhan Yesus yang tidak diikat dari unsur benar atau salah. Namun salib yang mengakibatkan kematian bagi Tuhan Yesus juga dipandang sebagai korban politik.

3.    ARTI DAN MAKNA SALIB KRISTUS
Kematiannya di kayu salib tak dapat diceraikan dari sejak kelahiran hingga wafatnya, artinya bahwa kematianNya adalah merupakan peristiwa yang istimewa di dalam kenyataan dari hidup Yesus Kristus. Hal itu juga merupakan suatu yang pokok daripada kedatanganNya ke dunia ini yaitu untuk menanggung kemiskinan, menanggung dosa manusia, kemerosotan dan kecemasan hidup kita oleh pengorbananNya sekali untuk selama-lamanya.
Prospek salib kristus sangat penting sekali bagi setiap orang di dalam peranan imannya, sebab oleh salib itulah setiap orang mengaku bahwa dirinya adalah seorang yang berdosa danhanya oleh salib Kristus dimaksudlah bahwa orang kristen dapat menghampiri Allah dan pernyataan nyata di dalam Yesus Kristus kepada manusia di dunia ini (Yak 3 ; 16). Ia menjadi ganti kita karena Ia yang benar itu menderita sengsara bagi manusia yang bengkok hatinya dan yang tidak benar dapat diluruskan melalui perbuatan yang Yesus alami di kayu salib.
Jikalau tidak dengan salib manusia tidak akan dapat mengetahui betapa kasih Allah dan betapa besar kemurahanNya, bahwa di golgata itu manusia dapat berdiri diatas tempat yang maha kudus semata-mata adalah oleh karena salib Kristus. Pada tempat itu ternyata kasih Allah dan disitu kita dapat mengampuni segala dosa di dalam keutuhan diri Yesus yang menderita demi keselamatan manusia.
Hal lain dikatakan bahwa pengertian kekristenan salib itu adalah suatu bukti dari Allah yang mempunyai pengertian yang sangat dalam dan pusat dari salib itu adalah Yesus Kristus untuk menyatakan kepribadiannya serta kekuatan yang hakiki daripada Allah bapa (Bnd. 19 ; 30).
Konteks inilah yang menjadi bukti bagi kekristenan, yang mana hal kematian Kristus menjadi hukuman Allah atas dosa, artinya Ia mati bukan karena dosanya sendiri akan tetapi justru sebab itu ia dapat menanggung hukum Allah sebagai ganti manusia sehingga menjadi terdakwa di hadapan pengadilan Allah, dialah yang ditimpa hukuman itu.
Kristus sudah mengorbankan dirinya, sepatutnya kita sendiri yang dihukum mati namun oleh kedatanganNya memberikan hidupnya sebagai tebusan akibat dosa. Bultman menyatakan bahwa salib Kristus itu bukanlah merupakan kegagalan Yesus melainkan kematian Kristus di kayu salib memiliki arti memenuhi dan menyelesaikan harapan dan cita-cita kita tentang masa depan.
 Hal itu menciptakan suatu pengharapan bahwa manusia di dalam salib Kristus itu mendapat legitimasi (pensyahan) dari harapan kita di dalam sejarah salib oleh kehidupan Yesus Kristus dan oleh perbuatan Allah dan itu adalah merupakan yang paling menentukan dan defenitif. Dengan perbuatan inilah Tuhan mensyahkan serta meyakini hidup dan kematian Kristus di kayu salib adalah ketentuan Allah.
Dalam hal ini penulis akan mencoba melihat arti dan makna salib dalam tiga peranan.
3.1.    Salib Sebagai Perdamaian
Manusia tidak sanggup memperdamaikan dirinya dengan Allah oleh karena kehidupan manusia selalu di dalam pekerjaan iblis (Kol. 1 : 21; Roma 8 : 7). Pada dasarnya bahwa Allah yang memperdamaikan dunia kepada dirinya sendiri (II Korint 5 : 19). Inilah pokok ajaran rasul Paulus yang mana orang berdosa adalah objek daripada murka pengadilan Allah (Roma 1 : 18). Dengan dasar ini manusia diperdamaikan dengan Allah. Dia tidak mengenal dosa menjadi sengsara bagi kita, sehingga kita memperoleh kebenaran Allah melalui Dia. Allah memperdamaikan kita dengan diriNya sendiri, dimana persekutuan yang dibuat manusia terhadap Allah hendak diperdamaikanNya. Hubungan yang telah putus asa diatur kembali.
Allah bukan diperdamaikan oleh siapapun juga, melainkan Dia sendiri yang mengadakan perdamaian itu. Perdamaian itu bukanlah berlaku karena Allah menutup matanya, supaya Dia jangan melihat dosa ataupun Kristus, dimana Allah membuat pekerjaan di dalam perdamaian itu. Selagi kita masih seteru Allah, kita diperdamaikan kepada Allah dengan kematian anakNya dan kita diselamatkan dengan hidupNya. Menurut rasul Paulus kematian Kristus adalah merupakan kenyataan dari kisahnya (Gal. 2 ; 20). Kristus telah mati untuk kita orang-orang berdosa (Roma 5 : 8), dengan demikian kasih itu adalah kuasa yang menggerakkan kita (2 Kor 5 : 14). Kasih Allah telah dicurahkan kepada kita (Roma 5 : 5), rasul Paulus juga mengingatkan akan dirinya dan mengatakan bahwa Allah mengaruniakan kita jabatan perdamaian. Ini berarti Allah di dalam Yesus Kristus memperdamaikan dunia dengan dirinya sendiri. Diantara perdamaian dan pemberitaan peristiwa itu ada pertalian yang erat sekali.
Kabar perdamaian adalah diamanatkan kepada orang-orang yang sudah mengalami perdamaian, dimana mereka dapat mengundang orang lain untuk mengabarkan/menceritakan pengalaman mereka. Allah di dalam Kristus telah memperdamaikan dunia (KORM0S) kepada Dia sendiri, dengan tidak menghitung kepada mereka pelanggaran-pelanggaran mereka, dan telah mengabarkan kepada kita kabar perdamaian itu, yaitu perintah dan kuasa yang menjadi berdamai dengan Allah.
Ajaran gereja tentang kabar perdamaian adalah bahwa gereja kristen adalah jabatan dari perdamaian di dalam dunia, karena hal itu telah diterima dari Allah. Hal itu adalah sebagaimana pikiran yang Allah sebutkan yang telah dikemukakan kepada manusia, yang dinyatakan melalui para penghkotbah untuk perdamaian hidup didalam damai karena yaitu dengan darah kristus kristus membawa perdamaian manusia, tetapi juga turut diperdamaikan segala sesuatu baik diatas bumi maupun di langit/sorga. Perdamaian daripada Allah didalam Yesus Kristus berlaku untuk seluruh dunia (2Kor 3:19) di dalam bentuk apapun manusia tidak dapat menebus perdamaian kepada Allah, akan tetapi hanya Allah sendirilah yang memperdamaikan itu tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun juga. Dalam hal ini Allah di dalam Yesus Kristus yang tidak bersalah telah menanggung kesalahan manusia dihadapan Allah Yang Maha Kudus.
Dengan perdamaian yang daripada Allah didalam Yesus Kristus ia mendapat damai sejahtera, itulah sejahtera yang melebihi segala akal yang diyakini oleh setiap orang melalui luarnya masing-masing, (2Kor 5:17). Karena Kristus kita telah diperdamaikan dengan Allah yang telah menjadi tujuan dan juru selamat dunia.
3.2.    Salib Sebagai Pembenaran
Pembenaran atau yang berasal dari kata benar atau membenarkan sesuatu tindakannya misalnya, terhadap pemerintah yang syah, maka dia harus dijatuhi hukuman oleh pengadilan negara itu menurut hukum yang ada dan berlaku di negara itu.  
Manusia yang jatuh didalam dosa (Kej 3:1-7) seharusnya akan jatuh ke dalam jurang kematian. Alasannya karena upah dosa itu adalah maut (Roma 6:23). akan tetapi Allah didalam janjiNya memberikan keselamatan atas manusia yang digenapi melalui Yesus Kristus melalui pembenaranNya melalui anugerah dan kasih Allah sendiri (Roma 3:24). Dalam ajaran yang oleh rasul Paulus tentang penebusan adalah betul-betul suatu jalan untuk menegaskan kebenaran daripada Yesus dimana keselamatan adalah suatu akibat atau hasil bukan dengan melakukan suatu pahala, melainkan yang keluar dari kebenaran Allah yang membawa keselamatan kepada orang berdosa.
Manusia dibenarkan didalam Yesus Kristus hanya dapat oleh karena Iman bukan oleh sebab perbuatan dari manusia semata, sebagaimana Abraham yang oleh Allah telah dibenarkan melalui ImanNya bukan oleh sesuatu yang dia perbuat (Roma 4:2-3).
Pembenaran dan penebusan adalah yang diberikan oleh Allah sendiri. Hal ini berarti bahwa manusia tidak dapat untuk berbuat sesuatu yang dapat memiliki arti untuk itu melainkan hanya dengan berserah kepada Allah di dalam Yesus Kristus.
A1l1ah adalah subjek daripada pembenaran itu, jadi pembenaran itu adalah aktivitas Allah sendiri yang dipusatkan kepada kematian Kristus di kayu salib. Manusia dihadapan Allah tidak memiliki kebenaran lagi dihadapan Allah, sebab apapun yang dilakukanNya akan menurut pembenaran daripadanya oleh karena itulah Allah memilih jalan salib bagi Yesus untuk didalam memberikan pembenaran kepada manusia yang mau percaya kepadaNya serta dengan menyerahkan diri hanya kepadaNya.
3.3.    Salib Sebagai Penebusan
Penebusan berarti adalah lepas dari belenggu bebas dari perhambaan, melunasi kembali apa yang telah dijual dengan barang atau uang tebusan. (Lutpou) adalah kata kerjanya yang menurut artinya membebaskan orang tawanan dalam perang, dengan pembayaran uang tebusan atau membebaskan hamba dari belenggunya. Di dalam P. Lama penebusan ini disebutkan (go'ol) yang terutama dalam Deutro Yesaya (Yes 4l). Tanda perbuatan yang diperbuat Allah adalah penebusan Israel dari perbudakan Mesir (Yes 7:8,51,52). Demikian juga penebusan Tuhan akan kembalinya bangsaNya dari Babel dan datang berjanji ke Sion (Yes 51:11).
Dalam Roma 5:24 kita jumpai perkataan: yang berarti pembebasan, menebus arti pokoknya adalah suatu pembebasan yang diberikan dengan suatu "tebusan" Kita mendapat tebusan didalam lingkungan karunia Allah yang diberikan oleh Yesus K.ristus yang oleh rasul Paulus maksud dalam hal ini ialah penebusan dari belenggu dosa (Kol. 1:14) yang telah Allah perbaiki yang menghasilkan hubungan dan persekutuan yang baru.
Allah didalam peranan Yesus Kristus telah menghampakan kutuk dan menjadi penebusan bagi manusia didalam dosa-dosanya serta dari kuasa iblis.

4.    SALIB DALAM KEHIDUPAN GEREJA DAN ORANG KRISTEN PADA MASA KINI
4.1. Salib didalam Kehidupan Gereja
Pada uraian-uraian diatas bahwa pengertian-¬pengertian dari salib telah disebutkan, namun tentu sekali dalam pengertian kehidupan gcreja tentu sekali ada unsur-unsur lain yang pada dasarnya tidak rnemiliki pengertian dan makna yang berbeda didalamnya. Dalam hal ini makna salib dalam kehidupan gereja berhubungan dengan pewartaan yang ada dan terjadi ditengah-tengah kehidupan warga jemaat ada yang dihubungkan dengan cara manusia itu mencari dan menanggapi keselamatan oleh hikmatnya sendiri. Namun Allah menyediakan jalan keselamatan yang supaya tidak masuk akal dan bodoh, dan akibatnya manusia sering mencari keselamatan sendiri. Pemberitaan melalui gereja dianggap hanya sebagai kebodohan belaka. Kehidupan gereja justru sering melihat hanya sampai pada salib saja tidak melihat lebih jauh yakni pada kebangkitan dan kemenanganNya dari kubur (maut) . Namun Luther menggambarkan yang oleh Paul- Althaus mengutip bahwa pemberitaan yang benar adalah "hikmat yang berasal dari salib", yang berarti salib kristus merupakan ukuran pemberitaan, apakah itu pernyataan Allah, karuniaNya, penyelamatanNya tentang hidup kristen dan gereja Kristus.
Dalam pewartaan salib, salib sendiri menjadi hadir oleh pewartaan gereja, kehidupan gereja diperhadapkan pada tindakan keselamatan Allah sendiri. Inti/pokok pewartaan ialah bahwa salib sendiri sebagai realitas keselamatan yang disampaikan kepada kehidupan gereja. Wadah kehidupan gereja harus melihat dan mengerti bahwa salib itu adalah jalan keselamatan bukan merupakan penyempurnaan hidup atau usaha manusia. Dengan pengertian lain salib merupakan ciptaan baru (2 Korint 5:17; Gal 6 : 15)
Dengan demikian dari pihak manusia dasar keselamatan adalah Iman dan bukan kebijaksanaan. Karena keselamatan manusia dan tidak merupakan penyempurnaan hidup manusia, oleh karena itu keselamatan itu hanya dapat diterima dengan Iman bukan dengan kata¬kata yang ada ditengah-tengah kehidupan gereja.

4.2.Salib Dalam Orang Kristen Pada Masa Kini
Secara umum ajaran salib kristus ada ditengah-tengah orang kristen. Peran salib Kristus adalah bukti bahwa Allah ikut serta didalam penderitaan manusia. Itu juga berarti bahwa Allah membebankan penderitaan kita itu kepada Yesus. John Sobrino melihat bahwa di mata orang¬orang miskin dan orang-orang tertindas terdapat wajah Allah yang buruk. Kristus masuk dalam kehinaan dan keterasingan sehingga Ia dapat menjadi saudara bagi tiap orang yang tersingkir dan terhina dan membawakan kerajaan Allah bagi mereka. Ia menolong kita bukan dengan kekuatan supernatural, akan tetapi Ia menolong dengan penderitaanNya dan luka-lukaNya. Dietric Bonhoeffer bahwa hanya Allah yang menderita yang dapat menolong orang-¬orang yang menderita. Oleh karena itu tidak ada penderitaan yang dapat memutuskan hubungan kita dengan Allah yang turut menderita bersama kita. Allah didalam Yesus Kristus adalah Allah yang menderita yang menjadi korban penindasan. Hal itu dapat kita lihat dengan peristiwa Yesus yang disalib, yang oleh Allah tidak meninggalkanNya sendiri didalam penderitaan tetapi Allah turut hadir didalam penderitaan itu. Yesus mengalami derita kematian dan Allah menyampaikan bahwa setelah salib sulit bagi ibadah untuk merandang Allah sebagai Allah tanpa penderitaan. Hati Allah terus berdenyut dalam kasih dan penderitaan. Salib berdiri dimana arus kehidupan manusia keruh dan arus kehidupan illahi yang tidak henti-hentinya berjumpa untuk ditranspormasikan oleh kepribadian Yesus.
Salib adalah lambang keterlibatan Allah yang penuh dengan kasih karunia, dalam masalah-masalah manusia dalam keselamatannya. Pada salib semuanya dipersatukan dalam kristus, dimana keselamatan mencakup komunitas dan kesatuan diantara umat manusia. Dalam hal itu Thomas memahami Allah sebagai Imanuel. Allah yang senantiasa turut didalam aspek kehidupan manusia, Dia yang menjadi manusia dan tinggal sebagai manusia bersama kita dalam penderitaan kita.
Bagi Thomas selaku Teolog dari India menyampaikan kristus yang menderita itu tidak lain daripada Allah sendiri selaku yang mau perduli turut ditengah-tengah penderitaan dan kesengsaraan. Allah ditengah-tengah orang kelaparan. Yesus Kristus mengidentifikasikan diriNya dengan orang-orang yang menderita. Ia menangis dengan mereka yang menangis. yesus disalibkan dalam kematian orang-orang ini.
Sementara bagi Samarta Teolog India, salib dan kebangkitan Yesus dimaksud untuk memperlihatkan bagaimana kuasa dari kelahiran dan tragedi hidup manusia ditaklukkan oleh kasih. Melalui salib ada harapan dalam kesempurnaan sehingga makna salib pada masa kini adalah merupakan predikat hidup yang dperhadapkan dengan berbagai masalah-masalah sosial kita dalam perjaianan hidup kita. Salib dan kebangkitan memberi ilham dan kuasa bagi kehidupan yang beribadah dan melayani, yang hidup di.dalam penderitaan kemiskinan dan dimenangkan olehnya (Roma 5:3-5). Selanjutnya Smartha, bila seorang tidak berakar pada salib dan hidup tanpa pengahrapan akan kebangkitan, maka mungkin saja orang kristen dapat dikalahkan oleh penderitaan manusia. Namun bila mana orang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhannya, ia harus mentaati segala tuntutan-tuntutan Allah.
Sementara di Korea salib dipandang sebagai lambang penderitaan yang serius. Penderitaan yang Yesus alami dalam peristiwa penyalipan ini secara langsung berkaitan dengan penderitaan dan kesengsaraan mereka, secara khusus pada penduduk Jepang. Rakyat mengidentifikasikan diri dengan penderitaan Yesus pada salib. Salib menjadi lambang bagi salib mereka. Penderitaan dan kesengsaraan yang dialami orang-orang kristen yang politis, pemimpin gerekan nasional yang dikirim kepembuangan juga dipandang sebagai lambang salib orang-orang kristen menderita bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk seluruh Korea.
Penderitaan atas nama bangsa Korea ini mewujudkan pengajaran di dalam penderitaan diatas kayu salib atas nama seluruh umat manusia.
Kim Yong-back menyampaikan suatu hikayat kehidupan Yesus adalah merupakan suatu cermin perjuangan para minjung dalam riwayat hidup sosialnya. Pora minjung hendaknya mengikuti teladan Yesus yang berani rnenghadap dan menanggung resiko didalam hal penegakan keadilan.
Choan Seng Song melihat salib dan kematian kristus ingin menunjukkan kepada dunia betapa hidupNya Allah dan aktifnya Allah dalam karya penyelamatanNya. Allah yang ada didalam Yesus Kristus pada kayu salib adalah Allah yang selalu memihak penderitaan yang tak perduli siapapun mereka atau darimanapun asalnya.
Dari berbagai persentasi yang ada, baik Ijem Khiem yang dan juga dengan Teolog Jepang yaitu Kitamori memandang bahwa salib itu adalah merupakan aplikasi daripada derita hidup manusia ditengah-tengah keperbagaian kemiskinan Iman dari manusia itu yang diperhadapkan kepada tamggung jawab dari manusia itu ditengah-tengah eksistensinya selaku yang menderita akibat ulahnya dan itu merupakan suatu realitas yang tidak bisa disangkal serta dihindari.
Melalui berbagai pendapat yang telah disebutkan maka dapat dilihat suatu hakekat bahwa peranan salib jikalau dihubungkan dengan salib orang-orang yang menderita, dapat diambil suatu yang terpenting didalamnya bahwa aspek kerinduan didalam kelepasan dari penderitaan adalah dapat mewujudkan suatu kehidupan yang nyata didalam suatu aspek keadilan yang jelas.
Makna penderitaan dan kemiskinan yang diperankan melalui salib pada dasarnya harus dapat dilihat pada konteks dimasa kini menjadi suatu makna kebebasan di dalam ketabahan dan keuletan daripada manusia itu untuk menuntut terhadap dirinya mampu untuk berjuang didalam pengharapan oleh karena Imannya kepada Sipenderita dan yang menjadi penebus didalam dirinya. H.A. Oppusunggu, menyebutkan semaksimal manapun penderitaan itu harus mampu diselesaikan berdasarkan Iman didalam ketabahan yang akan mengakibatkan pembebasan.
Dari semua itu peran salib dapat menjadi peran kemerdekaan didalam hidup kita, sekalipun maknanya adalah perjuangan didalam penderitaan akan tetapi menurut ketahahan menuju aspek keselamatan yang hakiki dan selamanya.

5.     KESIMPULAN
    Dari berbagai hal yang penulis sebutkan dalam pengertian dan makna salib didalam berhagai aspek kehidupan Umat Tuhan dapat disimpulkan bahwa arti dan peranan salib didalam makna yang sesungguhnya adalah merupakan kebebasan kemerdekaan melalaui Allah didalam Yesus Kristus yang menderita dan menuntut suatu ketabahan oleh umat Tuhan yang sekaligus mereplekasikannya didalam keperbagaian hidup umat Tuhan.
Sekalipun disebutkan bahwa salib didalam maknanya adalah merupakan penderitaan, namun pada hakikatnya menciptakan nuansa hidup baru yang selama-lamanya didalam Allah oleh Kristus Tuhan yang menjadi sang penyelamat hidup manusia dan dunia. Hal itu hanya dapat diungkapkan melalui, ungkapan perendahan diri sebagaimana Kristus merendahkan diriNya.

PENGHARAPAN KITA PADA YESUS

PENGHARAPAN KITA HANYA PADA YESUS SAJA




Saat kita mengharapkan sesuatu agar terjadi dalam kehidupan, apakah ingin dapat jodoh dan menikah, apakah ingin punya anak dan keturunan, apakah ingin sukses dan punya karir yang baik dalam pekerjaan, apakah ingin keluarga harmonis, dan lain sebagainya, ada kalanya kita merasakan kebimbangan dan berat dalam menantikannya. Ketika kita sudah berkata bahwa pengharapan hanya pada Yesus saja, ada saja sesuatu hal yang berusaha untuk mengalihkan perhatian kita daripadaNya. Seseorang mungkin memberikan cara-cara yang masuk diakal untuk meraih semua impian itu sehingga akhirnya bukan lagi pengharapan kepada Tuhan Yesus tetapi mengandalkan diri sendiri dan mengandalkan manusia yang hasilnya selalu mengecewakan.

Daud juga pernah mengalami hal yang sama ketika dia telah diijinkan oleh Saul untuk ikut berperang melawan orang Filistin dan ketika dengan lantang dia mengatakan bahwa Tuhanlah yang akan menolong dia, Saul yang solider kepada Daud berusaha memberikan dia bekal dengan berbagai macam persenjataan seperti baju perang kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya.(I Samuel 17:38). Namun ketika Daud mencoba mengandalkan perlengkapan perang yang diberikan Saul, dia merasa berat untuk berjalan sehingga tidak dapat dengan leluasa untuk berperang dan akhirnya menanggalkannya.

Saudara, memang ketika kita berusaha untuk mengandalkan Tuhan untuk mencapai sesuatu, sering terjadi apa yang diharapkan tidak segera terealisasi. Hal ini mengakibatkan orang di sekeliling kita berusaha untuk memberikan jalan keluar dengan berbagai cara yang kelihatan masuk di akal. Ketika jodoh belum juga datang menghampiri dan usia sudah semakin bertambah, teman atau saudara memberikan masukan dengan cara yang tidak berkenan kepadaNya dengan menawarkan susuk pemanis atau mencari jodoh lewat biro jodoh dan lain sebagainya. Ketika karir belum juga meningkat dan jabatan belum diraih, ada yang menawarkan agar kita beralih kepercayaan dari iman kepada Yesus karena akan relatif mudah untuk mendapat jabatan dan lain sebagainya. Ketika belum mempunyai keturunan, ada yang menawarkan jasa orang pintar untuk merealisasikan dengan cara pijat dan lain sebagainya. Ada begitu banyak tawaran-tawaran untuk merealisasikan harapan kita yang kelihatan masuk akal. Namun ketahuilah, bahwa semua tawaran-tawaran tersebut bukan membawa kita kepada kemajuan iman kepada Kristus, tetapi akan membawa kita kepada hal yang mengandalkan diri sendiri, membawa kita kepada kehancuran, membawa kita kepada beban hidup yang semakin berat. Di dalam hidup kita tidak lagi berharap kepada Yesus Kristus yang dapat melakukan segala apapun termasuk memberikan jodoh, memberikan karir, memberikan anak, memberikan berkat dan lain sebagainya. Melalui renungan kali ini kita diajak untuk menaruh pengharapan kita pada Yesus dan menanggalkan semua usaha-usaha yang tidak berkenan kepada Tuhan. Seperti Daud yang telah menanggalkan semua peralatan senjata yang diberikan oleh Saul sehingga dia dapat dengan leluasa berperang dengan mengandalkan Tuhan, demikian juga kita sebagai anak Tuhan harus menanggalkan semua usaha yang tidak mengandalkan Tuhan. Mari kita tanggalkan semua hal yang menghambat Tuhan bekerja di dalam hidup kita dan taruh harapan kita hanya kepada Yesus saja. PENGHARAPAN KITA HANYA PADA YESUS SAJA. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

IMAN KRISTEN

Apa artinya memiliki iman kepada Yesus Kristus?

Agar iman kita menuntun pada keselamatan, itu harus dipusatkan kepada Tuhan Yesus Kristus. Untuk memiliki iman kepada Yesus Kristus berarti harus memercayai Dia dan mematuhi perintah-perintah-Nya. Iman adalah lebih dari sekadar kepercayaan pasif. Kita mengungkapkan iman kita melalui tindakan—dengan cara kita hidup.

Persiapkan diri Anda secara rohani

Sewaktu Anda menelaah tulisan suci dan sumber lainnya untuk belajar tentang iman, carilah hal-hal yang akan menolong para remaja putra menguatkan iman mereka kepada Yesus Kristus.
Ibrani 11:4–9, 17–29; Eter 12:11–22 (Teladan dari orang-orang yang memperlihatkan iman)
Yakobus 1:5–6; 2:14–20 (Iman adalah kepercayaan dan tindakan)
Alma 32:21, 26–43 (Iman adalah harapan bagi hal-hal yang adalah benar tetapi tidak terlihat)
Moroni 7:33–41 (Mukjizat bekerja melalui iman)
L. Tom Perry, “Kepatuhan melalui Kesetiaan Kita,” Ensign atau Liahona, Mei 2014
Russell M. Nelson, “Biarlah Iman Anda Terlihat,” Ensign atau Liahona, Mei 2014
Iman,” Teguh pada Iman, 48–51
Video: “Iman yang Murni dan Sederhana”

HIDUP BARU DALAM YESUS

kristen Lahir Baru dan Hidup Baru

LAHIR BARU DAN HIDUP BARU
Manusia Baru
Yesus menginginkan kita menjadi manusia baru, manusia yang hidup di dalam Dia dan manusia yang dibaharui di dalam roh dan pikirannya seperti pada Injil Efesus 4 : 17 – 18 ”Sebab itu kukatakan dan dan kutegaskan: jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikiranya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.
Yesus menginginkan membuang kehidupan kita yang dahulu, menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaanNya oleh nafsunya yang menyesatkan, Yesus juga menginginkan agar kita mengenkan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, kita diharapkan membuang dosa dan berkata benar diantara sesama kita. Jika kita membenci atau marah kepada sesama kita hendaknya kemarahan itu hilan sebelum matahari terbenam dan jangan sekali-kali memberikan kesempatan pada iblis untuk merebut hatimu. Hendaklah segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah dibuang jauh-jauh dari diri kita dan biarkanlah Roh Kudus Allah ada pada kita yang telah mematerai kita untuk beroleh hidup yang kekal menjelang hari penyelamatan. Tuhan juga menghendaki agar kita ramah terhadap sesama, penuh kasih mesra dan saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kita.
Arti Hidup Baru
Lahir baru berarti memulai kehidupan yang berarti dalam Kristus. Yesus yaitu masuk dalam kehidupan yang baru. Hidup baru berarti suatu keadaan dimana kehidupannya sudah berubah tidak sama seperti sebelumnya. Kelahuran baru bukanlah sesuatu yang bisa kita ciptakan. Kelahuran baru bukanlah menerima vusu yang trasenden atau memulai hidup yang baru, ataupun memperoleh perasaan religius yang aneh. Kelahiran baru bukanlah suatu langkah maju dalam reinkarnasi. Kelahuran baru bukan sekedar kesadaran diri. Bukan sejenus renungn mistik atau perjalanan roh karena pengaruh obat bius. Sebaliknya, kelahuran baru adalah karya Allah yang nyata dan menetap, yang darinya kita meneima sifat yang batu dan kudis. Itulah yang tercakup dalam hidup baru, suatu kelahuran yang adikodrati dan rohani, dari atas yang terjadi setiap saat takkala seorang menaruh pengharapannya pada Kristus.
Sumber Hidup Baru
Sebagai umatNya, kita mempercayai bahwa Yesus Kristus adalah utusan Allah. Injil yang berarti kabar baik telah menyatakan bahwa Yesus Kristus, anak Allah, meninggalkan surga dan datang ke dunia. Dia dilahirkan oleh seorang perawan: ”.....anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, anak Allah.” (Lukas 4 : 35), hidup tanpa dosa. Dia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa (Ibrani; 4 :15). Ia disalibkan dan dibuat ”menjadi dosa karena kita supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (Z Korintus 5 : 21). Akhirnya Allah ”membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukan Dia disebelah kanan-Nya di sorga....” Efesus 1 : 20).
Mempercayai kebenaran-kebenaran inilah yang membuahkan keselamatan. Inti dari sumber hidup baru ini adalah pengakuan kita bahwa Yesuslah sumber keselamatan.
Permulaan Hidup Baru
· Kesadaran akan Dosa
Ada tiga langkah yang tidak dapat dipisahkan dalam kaitannya dengan penyelamatan manusia. Langkah pertama ialah, menyadari bahwa manusia telah tercemar dosa. Seseorang perlu mengaku bahwa ia telah berdosa. Alkitab mengatakan bahwa semua orang ”telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. (Roma 3 : 23). Dosa dalam 1 Youannes 3 : 4b, ialah pelanggaran hukuman Allah. Dosa bukan hanya perbuatan yang salah, tetapi juga berupa kegagalan dalam melakukan perbuatan baik, ”jadi seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, ia berdosa (Yakobus 4 : 7). Jadi tidak ada yang tidak berdosa. Setiap orang telah berdosa terhadap Allah dan perlu diselamatkan kebenaran ini harus disadari dan disukai, baik terhadap diri sendiri, maupun terhadap Allah.
· Pertobatan
Langkah kedua adalah: bertobat. Jika seseorang bertobat, pandangan dan sikap hatinya terhadap dosa berubah. Pertobatan sumpama perubahan Allah. Tuhan Yesus menghimbau supaya semua orang bertaubat dan ”percaya kepada Injil” (Marcus 1: 15) ia memperingatkan,”tetapi jikalau kamu tidak bertaubat, kamu semua akan binasa....” (Lucas 13 : 3). 2 Samuel dikisahkan tentang dosa Raja Daud. Ia berzinah dan membunuh. Allah mengutus Nabi Natan untuk menunjukan kesalahannya. Setelah sadar akan perbuatan jahatnya Daud benar bertobat. Ketulusan pertobatannya tertulis dalam Nazmur 51 yang dalam doanya ia meminta dengan kerendahan hati.
· Iman
Langkah ketiga ialah beriman kepada Yesus Kristus. Beriman kepada Kristus erat kaitannya dengan pertobatan. Beriman kepada Kristus berarti menyerahkan segalanya kepada Yesus Kristus...dirinya, dosanya, hidupnya, masa depannya, dan yang ada pada dirinya. Tidak ada satu orangpun yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Hanya Tuhan Yesuslah yang berkuasa menyelamatkannya: Kita orang berdosa, hanya dapat diselamatkan kalau kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kristus.
Sifat dan Tujuan Hidup Baru
a. Sifat Hidup Baru
Yohannes 3 : 16 menyatakan menyatakan : ”Setiap orang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang ketat.” Hidup yang kekal berarti hidup yang abadi, berlangsung terus menerus tidak henti-hentinya. Memang setiap orang yang akan meninggal mati secara jasmani. Itu adalah akibat dosa Roma : 6 : 2 ”Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”Tetapi secara rohani, seorang Kristiani tidak akan mati. Artinya rohnya akan memperoleh kehidupan kekal dihadapan Allah.
Pada saat orang percaya kepada Kristus dan menerima Dia menjadi juru selamat pribadi. Ia terlepas dari keadaan mati rohani. Ia memasuki kehidupan rohani (Efesus 2 : 3), kehidupan inilah yang bersifat kekal.
b.Tujuan Hidup Baru
Kehidupan baru seorang percaya berbeda dari sebelumnya. Firman Allah mengatakan kehidupan orang yang belum mengenal Allah, dalam Yesaya 57 : 20 menyatakan, ”seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tenang dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur.” Sesudah ia mempercayakan dirinya kepada Kristus. Ia memperoleh damai Allah dan menjadi ciptaan baru: jadi siapa yang ada di dalam Kristus, Ia adalah ciptaan baru: ”yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus, 5 : 17).
Sebagai ciptaan baru, kita seumpama bayi yang baru lahir. Tentu kita memerlukan susu rohani yaitu firman Tuhan.” Dan jadilah sama seperti bayi, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani...” (1 Petrus 2 : 2).
Kita harus secara teratur membaca dan merenungkan firman Tuhan supaya kita dapat bertumbuh menjadi orang yang dewasa rohaninya.
Sesudah orang itu memasuki hidup baru di dalam Kristus, wajarlah bila ia rindu agar orang lain juga diselamatkan atas kesadarannya sendiri dan berdasarkan pengalaman keselamatannya. Ia dapat bersaksi supaya orang lain juga diselamatkan. Itulah salah satu tujuan baru ”sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang aku mengutus kamu.” (Yohannes 20 : 21). Dalam 2 Karintus 5 : 20a, menyatakan, ”Jadi kamu ini adalah utusan-utusan Kristus.... Dalam 2 Korintus 5 : 19 b menyatakan, ”Allah mempercayakan berita kedamaian itu kepada kami.”

TERANG KRISTUS

Terang Kristus

 Hasil gambar untuk TERANG KRISTUS

  Yesus Kristus

Tenaga, kuasa, atau pengaruh ilahi yang keluar dari Allah melalui Kristus serta memberi kehidupan dan terang kepada segala sesuatu. Itu adalah hukum yang melaluinya segala sesuatu diatur di dalam surga dan di atas bumi (A&P 88:6–13). Itu juga menolong orang-orang memahami kebenaran Injil dan menolong menempatkan mereka pada jalan Injil itu yang menuntun ke keselamatan (Yoh. 3:19–21; 12:46; Alma 26:15; 32:35; A&P 93:28–29, 31–32, 40, 42).
Terang Kristus hendaknya tidak dikacaukan dengan Roh Kudus. Terang Kristus bukanlah sosok orang. Itu adalah pengaruh yang datang dari Allah dan mempersiapkan orang untuk menerima Roh Kudus. Itu adalah pengaruh untuk kebaikan dalam kehidupan semua orang (Yoh. 1:9; A&P 84:46–47).
Satu pernyataan dari terang Kristus adalah suara hati, yang menolong orang memilih antara yang benar dan yang keliru (Moro. 7:16). Sewaktu orang belajar lebih banyak tentang Injil, suara hati mereka menjadi lebih sensitif (Moro. 7:12–19). Orang yang menyimak terang Kristus dituntun pada Injil Yesus Kristus (A&P 84:46–48).
  • Tuhan adalah terangku ; Mzm. 27:1
  • Marilah kita berjalan dalam terang Tuhan ; Yes. 2:5 ( 2 Ne. 12:5 )
  • Tuhan akan menjadi terang abadi ; Yes. 60:19
  • Terang sejati menerangi setiap orang yang datang ke dalam dunia ; Yoh. 1:4–9 ( Yoh. 3:19 A&P 6:21 A&P 34:1–3 )
  • Aku adalah terang dunia ; Yoh. 8:12 ( Yoh. 9:5 A&P 11:28 )
  • Apa pun yang terang, adalah baik ; Alma 32:35
  • Kristus adalah kehidupan dan terang dunia ; Alma 38:9 ( 3 Ne. 9:18 3 Ne. 11:11 Eter 4:12 )
  • Roh Kristus diberikan kepada setiap orang agar dia boleh mengetahui yang baik dari yang jahat ; Moro. 7:15–19
  • Apa yang dari Allah adalah terang, dan tumbuh makin cemerlang dan makin cemerlang sampai hari yang sempurna ; A&P 50:24
  • Roh memberikan terang kepada setiap orang ; A&P 84:45–48 ( A&P 93:1–2 )
  • Dia yang menaati perintah-perintah-Nya menerima terang dan kebenaran ; A&P 93:27–28
  • Terang dan kebenaran meninggalkan yang jahat itu

NATAL

Natal (dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran") adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Beberapa gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal 6 Januari (lihat pula Epifani).
Dalam tradisi barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Beberapa tradisi Natal yang berasal dari Barat antara lain adalah pohon Natalkartu Natal, bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga serta kisah tentang Santa Klaus atau Sinterklas.

Kelahiran Yesus menurut Alkitab[sunting | sunting sumber]

Tahun Liturgi
Gereja Ritus Barat
Gereja Ritus Timur
Orang majus mengunjungi Yesus, diperingati pada Malam Kedua Belas setelah kelahirannya pada hari Natal. (Epifani)
Cerita kelahiran Yesus dalam Injil Perjanjian Baru ditulis dalam kitab Matius (Matius 1:18-2:23) dan Lukas(Lukas 2:1-21).
Menurut Lukas, Maria mengetahui dari seorang malaikat bahwa dia telah mengandung dari Roh Kudustanpa persetubuhan. Setelah itu dia dan suaminya Yusuf meninggalkan rumah mereka di Nazaret untuk berjalan ke kota Betlehem untuk mendaftar dalam sensus yang diperintahkan oleh Agustus, Kaisar Romawi pada saat itu. Karena mereka tidak mendapat tempat untuk menginap di kota itu, bayi Yesus dibaringkan di sebuah palungan (malaf)[1][2]. Kelahiran Kristus di Betlehem Efrata, Yudea, di kampung halaman Daud, nenek moyang Yusuf, memenuhi nubuat nabi Mikha (Mikha 5:1-2). (Di Israel purba mereka mengenal ada dua kota Betlehem, kota Betlehem satunya lagi berada di tanah Zebulon.)
Matius mencatat silsilah dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian beralih ke kedatanganorang-orang majus dari Timur—yang diduga adalah Arabia atau Persia—untuk melihat Yesus yang baru dilahirkan. Orang-orang bijak tersebut mula-mula tiba di Yerusalem dan melaporkan kepada raja Yudea,Herodes Agung, bahwa mereka telah melihat sebuah bintang—yang sekarang disebut Bintang Betlehem—menyambut kelahiran seorang raja. Penelitian lebih lanjut memandu mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka mempersembahkan emaskemenyan, dan mur kepada bayi Yesus. Ketika bermalam, orang-orang majus itu mendapatkan mimpi yang berisi peringatan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan terhadap anak tersebut. Karena itu mereka memutuskan untuk langsung pulang tanpa memberitahu Herodes suksesnya misi mereka. Matius kemudian melaporkan bahwa keluarga Yesus kabur ke Mesir untuk menghindari tindakan Raja Herodes yang memutuskan untuk membunuh semua anak di bawah dua tahun di Betlehem untuk menghilangkan saingan terhadap kekuasaannya. Setelah kematian Herodes, Yesus dan keluarga kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindar dari raja Yudea baru (anak Herodes Agung, yakni Herodes Arkhelaus) mereka pergi ke Galilea dan tinggal di Nazaret.
Sisi lain dari cerita kelahiran Yesus yang disampaikan oleh kitab Injil Lukas adalah penyampaian berita itu oleh para malaikat kepada paragembala. Dalam Injil Matius dicatat bahwa ada orang-orang Majus dari Timur datang ke Yudea karena melihat sebuah bintang yang besar bersinar di atas wilayah Yerusalem. Mereka mengikuti bintang itu hingga ke kota Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Beberapa astronom dansejarawan telah berusaha menjelaskan gabungan sejumlah peristiwa angkasa yang dapat ditelusuri yang mungkin dapat menerangkan penampakan bintang raksasa yang tidak pernah dilihat sebelumnya itu, pendapat yang paling kuat adalah dari Johannes Kepler, yang menerangkan bahwa Bintang Natal atau Bintang Betlehem itu secara astronomik adalah konjungsi planet Jupiter dan Saturnus pada konstalasi Pisces. Dan konjungsi ini memang benar terjadi pada bulan Desember tahun 7 SM. Mula-mula orang-orang Majus itu bertanya-tanya kepada penduduk Yerusalem, kemudian mereka dibawa menghadap raja Herodes. Raja Herodes bertanya kepada ahli kitab, di mana Mesias akan dilahirkan. Berdasarkan Alkitab, Mesias akan dilahirkan di Betlehem dan informasi ini dipakai untuk membantu para orang majus mengetahui letak di mana Yesus dilahirkan. Herodes minta akan setelah bertemu bayi itu agar mereka kemudian dapat melaporkan kepada Herodes. Tetapi karena mengetahui niat Herodes yang jahat , para orang majus tidak kembali melaporkan kepada Herodes.

Asal-mula peringatan Natal[sunting | sunting sumber]

Peringatan hari kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah Kristus untuk dilakukan. Cerita dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran Yesus dilakukan oleh gereja awal. Klemens dari Aleksandria mengejek orang-orang yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus. Dalam abad-abad pertama, hidup kerohanian anggota-anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak mendapat perhatian. Perayaan hari ulang tahun umumnya – terutama oleh Origenes – dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka. Orang Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari kematiannya sebagai hari ulang tahunnya.
Tetapi di sebelah Timur orang telah sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa manusia. Menurut tulisan-tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah merayakan "pesta Epifania" (pesta Pemunculan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Tetapi yang dimaksudkan oleh sekte ini dengan pesta Epifania ialah munculnya Yesus sebagai Anak Allah – yaitu pada waktu Ia dibaptis di sungai Yordan. Gereja sebagai keseluruhan bukan saja menganggap baptisan Yesus sebagai Epifania, tetapi terutama kelahiran-Nya di dunia. Sesuai dengan anggapan ini, Gereja Timur merayakan pesta Epifania pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Perayaan kedua pesta ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam (menjelang tanggal 6 Januari) dengan suatu tata ibadah yang indah, yang terdiri dari Pembacaan Alkitab dan puji pujian. Ephraim dari Syria menganggap Epifania sebagai pesta yang paling indah. Ia katakan: “Malam perayaan Epifania ialah malam yang membawa damai sejahtera dalam dunia. Siapakah yang mau tidur pada malam, ketika seluruh dunia sedang berjaga jaga?” Pada malam perayaan Epifania, semua gedung gereja dihiasi dengan karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di gua Betlehem, tempat Yesus dilahirkan

KRISTIANI

Apakah Keistimewaan dari Iman Kristen?


Walaupun iman secara umum di lihat sebagai agama, karena keterkaitannya dengan hubungan antara manusia dengan Sang Mutlak yang di sebut Allah, gagasan tersebut tidak banyak membantu kita untuk menemukan karakter unik dari iman. Haruskah kita menyebutnya sebagai sebuah spiritualitas? Ya, dalam arti bahwa iman menawarkan jalan yang dapat dihidupi dan dilalui secara pribadi untuk merasuk ke dalam makna kehidupan semakin mendalam. Bagaimanapun juga, jalan ini tidak kemudian membuat seseorang tertutup; jalan ini tidak di bangun dari hal-hal yang dapat kita ambil atau tinggalkan begitu saja sesuai dengan keinginan kita. Jalan ini adalah sebuah peziarahan mengikuti jejak-jejak Kristus dan di jalan yang sama, peziarahan ini mengajak para peziarah untuk membangun hubungan dengan mereka yang berjalan bersama-sama dengan mereka.
Lantas, apakah dapat kita katakan bahwa iman Kristen adalah kehidupan dalam kebersamaan? Pemaknaan ini memberi banyak keuntungan karena senada dengan kehidupan umat kristiani mula-mula seperti yang di gambarkan dalam Perjanjian Baru. Namun kita masih harus dengan cepat menambahkan bahwa kehidupan yang saling berbagi ini lebih dari hanya sekedar kemampuan manusia untuk berinteraksi satu sama lain; kehidupan ini berakar di dalam Allah. Kehidupan ini merupakan keikutsertaan umat dalam Kehidupan ilahiah, Kehidupan yang adalah Kasih dan Kehidupan bagi sesama. Kehidupan bersama ini pada dasarnya terbuka dan universal; kehidupan ini memancar keluar untuk mencakup setiap pribadi umat manusia. Dengan demikian batasan-batasan komunitas Kristiani tidak mutlak ditetapkan sekali untuk selama-lamanya; mereka pada akhirnya tidak dapat dibedakan dari keluarga umat manusia secara keseluruhan atau bahkan dari keseluruhan ciptaan.
Pada intinya, iman kepada Yesus Kristus dapat ditegaskan sebagai tawaran menuju persekutuan universal atau persekutuan di dalam Allah. Pertama-tama, iman Kristen, jauh dari hanya sekedar pekerjaan manusia, pada intinya adalah tawaran atau undangan dari Allah. Hal ini sudah jelas bagi Israel kuno: bangsa ini menemukan identitasnya bukan berdasarkan atas ketentuan-ketentuan geografis atau garis keturunan namun berdasarkan pilihan bebas dari Allah yang misterius dan transenden. Melalui kehadiran Kristus Yesus, kekhasan ini menjadi semakin menonjol. Biarpun sulit untuk dibayangkan namun dalam diri-Nya, Sumber Kehidupan yang sejati hadir untuk menemui kita.
Jika iman Kristen adalah sebuah tawaran dari Sang Mutlak maka peran utama manusia adalah untuk menyambut tawaran tersebut dan menanggapinya. Peran mereka bukanlah untuk menentukan garis-garis batasnya. Bila melalui Kristus, Allah memanggil manusia untuk berbagi kehidupan, untuk bersekutu maka undangan ini dialamatkan ke sisi kemanusiaan yang paling pribadi; panggilan ini menggugah kebebasan yang ada dalam diri mereka. Karena alasan-alasan inilah maka tawaran semacam ini sangat bertolak belakang dengan segala bentuk pemaksaan. Segala bentuk pemaksaan kehendak, baik secara terbuka maupun tersembunyi, bukanlah hakikat dari tawaran ini.
Kedua berita sukacita kristiani adalah sebuah tawaran yang hidup, dengan kata lain sebuah undangan yang nyata dan bukan hanya teoritis. Sama seperti Yesus yang telah menyampaikan inti pokok dari pengajaran-Nya melalui korban kehidupan-Nya bagi kita hingga wafat di kayu salib, para murid mengubah kehidupan mereka menjadi pesan yang hidup. Disinilah barangkali keunikan dari kekristenan: bila kita tidak ingin menghilangkan inti pokoknya maka dalam kekristenan tidak ada dikotomi antara ajaran dan penerapannya. Sebaliknya, pengajaran sejalan dengan penerapannya, karena dalam dua hal ini yang terutama adalah persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan sesama manusia. Bila umat kristiani tidak menerapkan kasih kepada sesama dan bila Gereja hidup dalam ketidakacuhan atau persaingan maka pastilah pengajaran mereka tidak ubahnya seperti sebuah surat mati.